10 sifat jelek orang jawa
Asalkansudah berjalan dan bisa mencukupi keluarga dan tidak memiliki utang, bagi masyarakat Jawa sudah sangat bersyukur. Bagi orang Jawa, hidup tidak perlu dipusingkan, melainkan hidup untuk dijalani. Begitulah filosofi yang dipegang erat. 5. Pekerja keras dan penurut 99co Kebiasaan orang Jawa Timur adalah bukan orang pemalas.
Pertama bid’ah Sharihah (yang jelas dan terang), yakni bid’ah yang dipastikan tidak memiliki dasar syar’i, seperti wajib, sunnah, makruh atau yang lainnya. Menjalankan bid’ah ini berarti mematikan tradisi dan menghancurkan kebenaran. Jenis bid’ah ini merupakan bid’ah paling jelek. Meski bid’ah ini memiliki seribu sandaran dari
Sekalisekali coba lontarkan pendapat kamu tentang dia. Tentu saja denga bahasa yang enak didengar. Kalo dia bisa terbuka terhadap saran orang lain, berarti dia bisa jadi temen yang asyik. 19. MAU MENERIMA MASUKAN. Kita pasti pernah diberi saran atau kritik dai orang lain. Bagaimanapun juga, setiap orang nggak ada yang sempurna.
Bagikamu yang sedang belajar Bahasa Jawa, mungkin kamu dapat menghapalkan kosakata-kosakata Bahasa Jawa berdasarkan kategori tertentu, salah satunya adalah sifat-sifat manusia. Berikut ini 11 sifat manusia dalam Bahasa Jawa yang wajib kamu ketahui, ya. 1. Orang pemberani dapat disebut dengan "ambeksura" atau "ambekwani" dalam Bahasa Jawa
Mahendra” adalah nama gunung yg sekarang diubah namanya menjadi Gunung Lawu, “Giri” berarti gunung.Sehingga Mahendra Giri berarti Gunung Mahendra atau gunung Lawu, Mahendra sendiri berasal dari kata Maha Indra,.maka di puncak gunung Mahendra ada daerah yg bernama kahyangandaerah itu adalah suku atau kaki kahyangan Tenjomoyo atau kahyangan
Site De Rencontre Simple Et Rapide.
Yuk, cari tahu sifat dan kebiasaan orang Jawa agar kamu bisa mengenali karakter setiap suku bangsa yang ada di Indonesia. Biasanya, orang memang telah memberikan cap atau stereotip kepada suku tertentu di tanah air. Lantaran banyak orang Batak yang menjadi pengacara, maka kalau advokat identik dengan suku dari Sumatera ini. Begitu juga dengan orang Madura yang melekat dengan usaha besi rongsokan, selain sate dan toko kelontong. Bagaimana dengan suku Jawa yang menjadi kelompok mayoritas di Indonesia? Salah satu pekerjaan yang identik dengan suku ini adalah asisten rumah tangga, kuli bangunan, hingga tukang bakso. Lantas seperti apa sih apa keunikan dari suku Jawa, apakah ciri khas penduduk suku Jawa? Bagaimana dengan ciri-ciri orang Jawa, apa kebiasaan masyarakat Jawa, hingga mungkin sifat buruk orang Jawa. Situs properti akan membahasnya dengan mengutip dari berbagai sumber laman berita online. Sumber 1. Pemalu dan Sungkan Orang Jawa terkenal dengan sikapnya yang pemalu dan terkesan sungkan, apalagi kalau belum kenal. Tidak jarang, orang Jawa sungkan untuk menyapa terlebih dahulu kalau belum kenal. 2. Ramah Tamah Orang Indonesia memang terkenal ramah, apalagi dengan orang dari suku Jawa. Misalnya, bagi kamu yang pernah tinggal di Yogyakarta, pasti merasakan keramahtamahan orang Jawa. 3. Suka Menjaga Sopan Santun Suku bangsa ini memang terkenal menjaga sopan santun saat berada di mana pun. Ketika menjadi pendatang di tempat lain, mereka menghormati budaya dan adat istiadat lokal.. 4. Tata Bahasa yang Sopan Ada bahasa Jawa kromo dan ngoko, tentunya memang penerapan berbeda ketika bertemu orang tua dan anak muda. Pengajaran sopan santun dan tata krama melalui bahasa sehingga anak bisa berlaku hormat kepada orang tua. 5. Kalem Keep calm memang cocok lantaran mereka memang terkenal kalem, tidak suka terburu-buru dalam menyelesaikan sesuatu. Nah, termasuk juga dalam nada bicara yang santun dan tidak membuat orang tersinggung. Sumber 6. Menghindari Konflik Kalau ada masalah atau konflik, mereka lebih memilih untuk menyelesaikan tanpa ada pertumpahan darah. Bukan karena takut, tapi orang Jawa memang ingin menciptakan rasa aman dan damai dalam lingkungan. 7. Lebih Suka Mengalah Mirip dengan menghindari konflik, orang Jawa memang lebih memilih mengalah saat ada masalah. Menang itu tidak perlu dengan merendahkan orang lain juga menjadi salah satu filosofi mereka. 8. Hidup Sederhana Coba deh tengok orang Jawa, pastinya mereka hidup sederhana dan tidak suka bergaya mewah. Mereka memang memegang teguh prinsip hidup apa adanya alias nrimo. 9. Tipikal Pekerja Keras Meski hidup sederhana, tetapi mereka bukanlah tipe orang pemalas melainkan orang yang suka bekerja keras. Tidak usah heran kalau kamu menemukan orang Jawa merantau ke seluruh penjuru Indonesia. 10. Menerima Apa Adanya Prinsip hidup nrimo mungkin membuat orang salah paham, tetapi hal ini memang terkait gaya hidup sederhana. Tidak mudah untuk memahami karakter dan sifat yang seolah bertolak belakang tersebut. 11. Gaya Bicara yang Lembut Bicara yang sopan dan lembut menjadi ciri khas lain dari orang Jawa, gayanya tidak meledak-ledak. Sejak kecil, mereka memang mendapatkan pengajaran untuk bertutur yang lembut dan sopan. 12. Lebih Luwes Meski terkesan pemalu, mereka memang lebih luwes dan mudah bergaul sehingga bisa beradaptasi. Orang Jawa memang mudah beradaptasi dengan orang dan lingkungan baru. 13. Mudah Bergaul Orang Jawa yang terkesan luwes membuat mereka bisa mudah berbaur dan bergaul dengan suku lain. Nah, termasuk juga saat mereka merantau ke pulau atau provinsi lain. 14. Suka Menolong Tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan kepada orang Jawa karena mereka tergolong ringan tangan. Mereka suka bergotong royong menolong sesama yang membutuhkan pertolongan. 15. Senang Berkumpul Mangan ora mangan kumpul, maksudnya makan atau tidak makan yang penting itu bisa berkumpul. Tidak usah heran kalau saat Hari Raya Idul Fitri, mereka memilih mudik dan merayakan lebaran di kampung halaman. Sumber 16. Percaya Banyak Mitos Coba saja cari mitos terkait orang Jawa atau hal terkait primbon Jawa, pastinya kamu akan menemukan banyak hal. Mereka memang percaya sejumlah pantangan, larangan, anjuran, dan hal lainnya yang terkait mitos. 17. Memegang Teguh Tradisi Orang Jawa masih memegang teguh sejumlah tradisi, budaya, dan adat istiadat pada zaman serba modern ini. Masih banyak pernikahan dengan tradisi dan budaya Jawa, kan? 18. Filosofi Hidup yang Mengalir Pastinya filosofi hidup ini memang terkait dengan gaya hidup sederhana dan prinsip menerima apa adanya. Orang Jawa memang terlihat santai dalam menjalani kehidupan yang diibaratkan air mengalir. 19. Penurut Orang Jawa memang terkesan penurut dan tidak macam-macam baik apalagi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak perusahaan yang merekrut mereka karena tidak akan membuat masalah. 20. Selalu Bersyukur Bagi orang Jawa, mereka selalu bersyukur dan menerima dengan apa yang menjadi pemberian Tuhan yang Maha Kuasa. Filosofi hidup yang sederhana, tidak menuntut macam-macam, lantas diakhiri dengan tindakan selalu bersyukur. Nah, inilah ulasan mengenai sifat dan kebiasaan orang Jawa. Selanjutnya, akan membahas mengenai sifat dan kebiasaan orang Sunda, Betawi, Bali, Maluku, dan suku-suku lainnya. Sumber *** Semoga ulasan ini bisa memberikan manfaat bagi Property People. Jangan lupa klik tautan artikel untuk memperoleh informasi yang menarik mengenai properti, arsitektur, hingga gaya hidup. Kamu juga bisa mengikuti akun Google News dari untuk mendapatkan update yang sama. Laman ini juga memudahkan bagi para pencari properti dan investor lantaran memang AdaBuat Kamu. Saatnya kamu memilih rekomendasi properti terbaik untuk tempat tinggal atau investasi, hanya di Kalau kamu sedang mencari rekomendasi properti untuk hunian di Depok, Jawa Barat, pilihan terbaik adalah Grand Citra Residence.
Dalam interaksi sosial, kita sering bertemu dengan orang-orang yang suka membicarakan kejelekan orang lain. Mereka melakukan hal tersebut seolah dirinya sendiri gak punya kekurangan dan kejelekan yang ingin mereka tutupi. Bahkan, gak jarang mereka justru membicarakan orang terdekatnya buruk ini masih menjadi hal umum di beberapa lingkungan. Ini, nih lima alasan kenapa sebagian besar orang senang sekali menjelekkan orang Membuat dirinya merasa lebih baik ilustrasi orang bergosip GrabowskaSalah satu alasan utama mengapa seseorang senang membicarakan kejelekan orang lain adalah untuk merasa lebih baik atau lebih superior. Dengan memfokuskan perhatian pada kelemahan atau kesalahan orang lain, mereka berharap bisa meningkatkan harga diri mereka kejelekan orang lain memberi seseorang perasaan bahwa mereka tidak seburuk atau tidak melakukan kesalahan seperti orang yang sedang dibicarakan. Sehingga ini dirasa sebagai pembenaran yang paling bisa mereka Mengurangi perasaan rendah diri yang mereka miliki ilustrasi orang bergosip studioMembicarakan kejelekan orang lain, bagi sebagian orang juga bisa menjadi cara untuk mengurangi ketidakpastian atau rasa takut terhadap ketidakmampuan diri sendiri. Dengan menyoroti kelemahan orang lain, kita menciptakan ilusi bahwa kita berada dalam kendali dan menghindari fokus pada ketidaksempurnaan diri memberikan rasa aman dan pengurangan kecemasan terhadap ketidakpastian hidup. Seolah kita jauh lebih baik dan punya lebih banyak kelebihan dibanding orang lain. Baca Juga 5 Sebab Kita Selalu Tertarik untuk Mengurusi Hidup Orang Lain 3. Membangun ikatan sosial lewat bergosip ilustrasi orang bergosip productionBeberapa orang membicarakan kejelekan orang lain sebagai cara untuk membangun ikatan sosial dengan orang lain. Sungguh mengherankan, gosip sering dianggap sebagai alat untuk menciptakan ikatan atau memperkuat hubungan dengan orang lain yang juga tertarik pada informasi diingat bahwa jenis ikatan sosial yang dibangun lewat pembicaraan negatif ini biasanya dangkal dan tidak sehat. Besar kemungkinan kita juga akan menjadi objek bahan gosip di belakang orang-orang tersebut, Mengalihkan perhatian dari diri sendiri ilustrasi orang bergosip LionMembicarakan kejelekan orang lain juga bisa menjadi cara untuk mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan masalah yang sedang dihadapi. Dengan terus-menerus membahas kesalahan atau kekurangan orang lain, seseorang dapat menghindari pemikiran atau refleksi diri yang mungkin menimbulkan ketidaknyamanan atau perasaan gak memberikan pengalihan dan penyembuhan sementara baginya. Tapi, tentunya ini gak efektif untuk mengatasi masalah sebenarnya yang sedang Kurangnya rasa empati kepada orang lain ilustrasi orang bergosip BurtonTerakhir, seseorang mungkin senang membicarakan kejelekan orang lain karena kurangnya empati dan kebijaksanaan dalam berinteraksi dengan orang lain. Mereka mungkin gak memahami atau gak peduli dengan dampak negatif yang bisa timbul dari pembicaraan negatif kemampuan untuk memahami atau memosisikan diri pada sudut pandang orang lain bisa membuat mereka lebih mudah untuk membicarakan kejelekan orang lain. Pastinya, ini dilakukan tanpa mempertimbangkan konsekuensi moral atau etika yang mungkin harus menjelekkan orang lain bukanlah kegiatan yang berguna dan bermanfaat bagi diri kita. Sehingga, jelas ini hanya membuang waktu dan gak sepantasnya dilakukan. Apalagi, mengingat adanya beberapa konsekuensi yang mungkin harus kita hadapi ke depannya. Jangan dilakukan lagi, ya! Baca Juga 5 Reaksi Orang Lain Atas Kesopananmu, Segan Mau Macam-Macam IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Salah satu kebiasaan orang Jawa yang selalu dipegang teguh adalah menjaga sopan santun ketika bertemu dan bertegur sapa dengan orang yang ditemui di jalan. Hal inilah yang sering membuat banyak orang dari daerah lain di Indonesia memberi rasa hormat untuk orang-orang yang berasal dari Jawa. Suku ini merupakan mayoritas yang ada di Indonesia. Wilayah persebaran tidak hanya di hampir seluruh daerah Indonesia, namun juga sampai mancanegara. Persebarannya sudah diketahui sejak masa kolonialisme ketika masyarakat Jawa sengaja dibawa keluar daerahnya untuk dijadikan pekerja di negara lain. Bahkan, ada sebuah negara di Amerika Selatan bernama Suriname yang hampir mayoritas warganya berasal dari Jawa, Indonesia. Di negara tersebut, masyarakat Jawa masih tetap memakai bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari. Untuk mengetahui seperti apa kebiasaan masyarakat Jawa dalam keseharian, berikut ulasan lengkapnnya. BACA JUGA Sejarah Hari Ibu 22 Desember, Perjuangan Pahlawan Wanita Indonesia 1. Menjaga sopan santun pexels Orang Jawa memiliki kebiasaan dalam menjaga sopan santun setiap kali bertemu orang. Baik untuk orang yang sudah tua, seumuran, bahkan yang lebih muda. Inilah karakteristik yang dimilikia masyarakat suku Jawa yang tahu bagaimana harus mengambil sikap. Misalnya saja ketika bertamu dan ketika menjadi tuan rumah saat menyambut tamu. 2. Ramah tapi sungkan untuk menyapa salamdian Kebiasaan orang Jawa Tengah yang tidak bisa dihilangkan adalah sifat pemalu. Jangan heran apabila berpapasan dengan orang Jawa, sebagian besar dari mereka akan menundukan pandangan. Hal ini sebenarnya wajar disebabkan karena mayoritas orang Jawa memiliki sifat pemalu. Meski memiliki sifat yang sedikit pemalu, sebenarnya mereka sangat terbuka untuk melakukan sebuah obrolan. Hanya saja masih enggan untuk memulainya. Apabila sudah mulai mengobrol dengan orang Jawa, maka kamu bisa merasakan betapa asiknya dan kentalnya sebuah percakapan. 3. Mengalah untuk menghindari konflik okezone Apa kebiasaan orang Jawa selanjutnya? Mereka memilih tidak ingin memperpanjang suatu masalah. Mereka memilih untuk mengalah daripada terlibat dalam persoalan yang tidak akan pernah usai. Bukan karena takut, namun karena memang tidak menyukai sebuah pertikaian. Inilah kelebihan dari karakter masyarakat Jawa di mana mereka cenderung lebih memilih mengalah dan tidak ingin memperpanjang masalah. Hal ini juga dapat menjadi nilai plus dalam kehidupan berpasangan. BACA JUGA Indonesia Resmi Terpilih Jadi Tuan Rumah World Tourism Day 2022 4. Hidup seperti air mengalir pikiranrakyat Selanjutnya kebiasaan orang Jogja yang juga merupakan bagian dari Jawa adalah tidak suka hal yang neko-neko dan memilih menerapkan hidup seperti air yang mengalir. Filosofi ini sebenarnya sudah tertanam di masyarakat khususnya yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka juga tidak ingin terlalu memikirkan beban hidup. Asalkan sudah berjalan dan bisa mencukupi keluarga dan tidak memiliki utang, bagi masyarakat Jawa sudah sangat bersyukur. Bagi orang Jawa, hidup tidak perlu dipusingkan, melainkan hidup untuk dijalani. Begitulah filosofi yang dipegang erat. 5. Pekerja keras dan penurut 99co Kebiasaan orang Jawa Timur adalah bukan orang pemalas. Masyarakat Jawa dikenal memiliki sifat pekerja keras. Jangan heran apabila di beberapa daerah lain di Indonesia, sering ditemui masyarakat Jawa saat bekerja membangun rumah yang selalu serius dan pantang pulang sebelum pekerjaannya selesai. Sebab, masyarakat Jawa akan selalu mengerjakan apa yang semestinya harus dikerjakan. Bahkan saat tidak mendapatkan pekerjaan, kebanyakan dari mereka mungkin tidak akan tinggal diam. Masyarakat Jawa akan selalu berusaha keras dalam mendapatkannya. Tidak hanya itu, saat menerima gaji, mayoritas karakter orang Jawa bukanlah tipe yang boros. Perlu diketahui Sedulur, masyarakat Jawa sering kali menyisihkan uang pendapatannya untuk ditabung atau dikirimkan ke kampung halaman saat mereka merantau ke luar daerah. 6. Nrimo paragram Kebiasaan orang Jawa selanjutnya adalah mereka memiliki sebuah sifat nrimo yang memiliki arti menerima. Bisa juga diartikan dengan istilah menerima apa adanya. Orang Jawa juga tidak suka dengan hal yang macam-macam. Misalnya, saat mendapati masakan di rumah adanya tempe dan tahu, si anak mungkin tidak akan meminta hal yang macam-macam dan memilih memakan apa yang ada. Seiring berjalannya waktu, kebiasaan semacam ini bisa memudar bahkan hilang ketika sudah mendapat oengaruh budaya dari luar. Meski demikian, nrimo bisa diibaratkan pada contoh kehidupa berumah tangga yang mampu menerima keadaan suatu pasangan apapun itu. BACA JUGA Mengenal 7 Ragam Gendang yang Berasal Dari Indonesia 7. Segan untuk mendahului IDN times Kebiasaan orang Jawa Timur juga mempunyai sifat untuk sungkan dalam mendahului orang lain ketika sedang berjalan. Bagi mereka, mendahului orang yang lebih tua merupakan sebuah pantangan. Maka dari itu, mereka lebih memilih bersabar saat hendak berjalan di belakang meskipun rasanya kurang begitu nyaman. Kebiasaan ini sudah ditanamkan sejak usia dini dan sangat berkaitan erat dengan kaitannya dengan sopan santun yang notabene sudah menjadi sebuah karakter yang kuat dalam masyarakat Jawa. 8. Mudah bergaul Sarungpreneur Selanjutnya, kebiasaan orang Jawa Barat adalah mereka sangat mudah untuk menjalin pergaulan dengan siapa saja yang ditemui. Maka sifat mudah bergaulnya itu membuat mereka sangat mudah diterima di dalam sebuah kelompok masyarakat dari suku lain. Sifat mudah bergaul juga dipengaruhi oleh karakter mudah mengalah yang sudah ditanamkan di dalam jati diri mereka. Itulah sebabnya mereka bisa diterima di mana pun dan minim konflik Kelebihan yang dimiliki masyakat ini menjadikan alasan mengapa hampir di seluruh wilayah di Indonesia hingga ke luar negeri sering bisa mendapati banyak orang Jawa. Di negara lain, masyarakat Jawa lebih banyak berbisnis atau bahkan sekadar sekolah untuk melanjutkan pendidikan. 9. Suka tolong menolong dan berkumpul kibrispdr Kebiasaan orang Jawa selanjutnya adalah mereka gemar tolong menolong. Daripada mesti hidup enak sendiri, mereka sangat mengedepankan sebuah kebersamaan. Kamu juga harus paham ketika mendengar peribahasa “mangan ora mangan, sing penting kumpul“. Artinya “makan tidak makan, yang penting bisa berkumpul”. Saat merasa susah, sebisa mungkin untuk terus bersama. Itulah maksud dari peribahasa Jawa tersebut. Selain suka berkumpul, karakteristik masyarakatnya selain dilihat dari ciri khas wajah orang Jawa adalah memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal ini dibuktikan di banyak situasi. Misalnya saja kamu sedang dalam perjalanan yang jauh dan tidak menemukan penginapan. Masyarakat Jawa akan dengan senang hati menawarkan tempat tinggalnya untuk menginap buatmu. Tidak hanya itu, contoh lain yang mungkin bisa kita temui di sekitar adalah saat kelaparan, orang Jawa dengan senang hati pasti akan menawarkan makanan kepadamu. Itulah kelebihan yang dimiliki masyarakat Jawa di mana mereka mempunyai rasa sosial yang tinggi. BACA JUGA 25+ Nama Tari Tradisional Indonesia Terpopuler dan Asalnya 10. Menghormati pantangan Liputan6 Kebiasaan orang Jawa Barat adalah selalu percaya dengan pantangan. Apabila sebuah pantangan dilanggar, yang ada mereka bisa mendapatkan hukuman yang tidak terduga. Salah satu contoh yang masih dipegang oleh masyarakat Jawa adalah ketika sedang makan dan asik dalam mengobrol. Biasanya akan mendapatkan sebuah peringatan jika tindakan itu tidak boleh dilakukan. Tidak hanya itu, duduk di depan pintu, tidur saat magrib, bahkan keluar saat magrib sangat tidak diperbolehkan. Sebab orang Jawa menyebut tindakan tersebut bisa mendatangkan sebuah petaka. Meski cukup banyak pantangan yang masih dipegang erat oleh masyarakat Jawa, tidak semua pantangan yang hanya mitos. Sebenarnya masih ada beberapa hal logis dengan adanya sebuah pantangan. Jadi, memang tetap bisa diambil hikmahnya dari sebuah pantangan tersebut. Inilah kelebihan masyarakat Jawa dengan kelompok yang berasal dari daerah lain. Mereka tetap memegang teguh yang namanya pantangan. Meski saat ini, mungkin beberapa pantangan sudah mulai tidak diikuti lagi oleh masyarakat Jawa akibat dari perkembangan teknologi yang semakin maju dan cepat. Globalisasi sangat berpengaruh sekali dalam penggerusan terkait pantangan yang sudah diterapkan oleh masyarakat Jawa selama ini. 11. Memegang erat tradisi dan budaya IDN Times Jangan heran apabila Sedulur menemui beberapa orang Jawa yang menggelar suatu acara adat di kampung atau di daerah lain. Kebiasaan orang Jawa Tengah adalah masih sering menggelar acara seperti merti bumi atau merti dusun dengan mengarak sebuah tumpeng berisi hasil bumi berupa buah-buahan atau semacam membuat tumpeng nasi. Dua aktivitas ini sebenarnya adalah sebagai wujud syukur masyakarat Jawa akan hasil Bumi yang melimpah. Tidak hanya itu, kamu juga pasti tidak akan asing dengan kebiasaan orang Jogja di mana mereka sangat menghormati Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai peminpin di sana. Di provinsi Yogyakarta sendiri masih menggelar acara berupa budaya yang masih tetap berjalan hingga saat ini. Seperti sekaten, melarung, dan masih banyak lagi. 12. Tata bahasa berdasarkan nilai kesopanan Minews Kebiasaan orang Jogja memang selalu tetap menjaga sopan santun saat bersikap atau bertutur kata. Meskipun zaman semakin berkembang, pengetahuan mengenai bahasa lain mungkin makin mudah untuk diakses. Meski demikian, banyak dijumpai orang jawa yang berbicara berdasarkan hirarki usia atau dengan siapa mereka berbicara. Hal semacam ini masih bisa kita lihat dari struktur Bahasa Jawa. Ada Bahasa Jawa ngoko atau bahasa sehari-sehari hingga kromo inggil yang digunakan untuk menghormati lawan bicara. Kromo inggil adalah bahasa halus yang umumnya ditujukan kepada yang lebih tua untuk lebih dihormati. BACA JUGA 10 Suku Bangsa di Indonesia Ciri Khas & Asal Daerahnya 13. Muluk Blog-ling-go Selanjutnya, masyarakat Jawa mungkin tidak akan asing dengan kata puluk atau muluk. Istilah tersebut memiliki arti kebiasaan makan dengan tangan, tanpa sendok atau alat bantu makan lainnya. Makan langsung dengan tangan sudah diturunkan sejak lama. Sampai saat ini, masih banyak yang melestarikannya. Umumnya, orang Jawa sangat suka dengan makan langsung dengan tangan sembari duduk lesehan. 14. Kenduren tridarmawirajaya Pernahkah mendengar istilah kenduren? Ini merupakan salah satu kebiasaan orang Jawa yang masih tetap dijalankan hingga saat ini. Kenduren adalah wujud syukur masyarakat Jawa dan aktivitas semacam ini bisa dijumpai saat acara hajatan pernikahaan, sunatan, dan lain sebagainya. Isian dalam kenduren berisi nasi, sayur kentang, ayam matang, dan aneka jajanan pasar. 15. Tumpengan Jogjadaily Kebiasaan orang Jawa Tengah selanjutnya adalah menggelar acara tumpengan. Kegiatan ini merupakan bentuk budaya yang masih tetap terus dijalankan hingga saat ini sebagai salah satu bentuk syukur kepada Sang Pencipta. Penjelasan lengkap dan panjang mengenai kebiasaan Orang Jawa memang menarik untuk diulas. Pun dengan masyarakat suku lain yang ada di tanah air, wajib dipahami supaya rasa tenggang rasa antar warga bisa semakin erat.
Sifat & Kebiasaan Orang Jawa – Koentjaraningrat 1996 mendefinisikan masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat. Herusatoto 1987 mendefinisikan masyarakat Jawa adalah sebagai salah satu masyarakat yang hidup dan tumbuh berkembang dari zaman dahulu sampai sekarang dan turun temurun menggunakan bahasa Jawa dalam berbagai ragam dialeknya serta mendiami sebagian besar Pulau Jawa. Masyarakat Jawa kental dengan tradisi dan budaya. Tradisi dan budaya Jawa hingga saat ini masih mendominasi tradisi dan budaya nasional Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya adalah begitu banyaknya orang Jawa yang menjadi tokoh negara yang berperan dalam percaturan kenegaraan sejak zaman sebelum merdeka hingga sekarang. Nama-nama Jawa juga akrab di telinga warga Indonesia begitu pula istilah-istilah Jawa. Seiring berkembangnya zaman, orang Jawa atau masyarakat Jawa tidak hanya mendiami Pulau Jawa tetapi kemudian menyebar di seluruh Indonesia. Masyarakat Jawa ini memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan masyarakat-masyarakat daerah lain seperti masyarakat Sunda, masyarakat Madura, masyarakat Batak, masyarakat Minang, dan lain sebagainya. Banyak di luar pulau Jawa ditemukan komunitas Jawa akibat adanya program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah. Suyanto 1990 dalam bukunya yang berjudul Pandangan Hidup Jawa menerangkan, bahwa karakteristik budaya Jawa adalah religious, non-doktriner, toleran, akomodatif, dan optimistic. Karakteristik budaya Jawa ini melahirkan sifat kecenderungan yang khas bagi masyarakat Jawa seperti percaya pada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sangkan Paraning Dumadi dengan segala sifat dan kebesaran-Nya, bercorak idealistis percaya kepada sesuatu yang bersifat immaterial-bukan kebendaan dan hal-hal yang bersifat adikodrati-supernatural serta cenderung ke arah mistik, lebih mengutamakan hakikat daripada segi-segi formal dan ritual, mengutamakan cinta kasih sebagai landasan pokok hubungan antar manusia, percaya kepada takdir dan cenderung bersikap pasarah, bersifat konvergen dan universal, momot dan non-sektarian, cenderung pada simbolisme, cenderung pada gotong royong, rukun, damai, dan kurang kompetitif karena kurang mengutamakan materi. 20 Sifat & Kebiasaan Orang Jawa1. Terkenal Pemalu, Sungkan, Tapi Suka Menyapa2. Menjaga Sopan Santun3. Dikenal Kalem4. Ramah5. Lebih Menghindari Konflik di Lingkungannya6. Sederhana dan Tidak Neko-neko7. Pekerja keras8. Menerima Apa Adanya9. Gaya dan Nada Bicaranya Lembut11. Luwes12. Memegang Erat Tradisi dan Budaya13. Suka Menolong dan Berkumpul14. Mudah Bergaul dan Membaur15. Tata Bahasa Berdasarkan pada Nilai Kesopanan16. Kebiasaan Muluk17. Memiliki Filosofi Hidup Mengalir Seperti Air18. Suka Mengalah19. Penurut20. Mensyukuri Apapun yang Terjadi dan Mengambil Sisi Positif Meski Tertimpa Musibah BurukBuku Terkait JawaKisah Tanah JawaKisah Tanah Jawa Jagat LelembutKitab Lengkap Keris Jawa Hard CoverArtikel Terkait kebiasaan Orang JawaKategori Ilmu Berkaitan PsikologiArtikel Psikologi Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat Jawa tetap eksis dengan berbagai keunikannya, baik dari karakter, segi budaya, dan kesehariannya. Nah, sobat Gramedia, yuk simak 20 kebiasaan yang dilakukan orang Jawa. 1. Terkenal Pemalu, Sungkan, Tapi Suka Menyapa Kebiasaan orang Jawa yang tidak asing lagi adalah terkenal pemalu, sungkan, tapi suka menyapa, lho. Biasanya orang Jawa masih malu dan sungkan apabila mereka berada di lingkungan baru atau si orang Jawa ini baru merantau ke suatu kota. Biasanya ketika disapa, orang Jawa ini akan menganggukkan kepala saja atau hanya senyum. Berbeda juga sudah kenal lama, biasanya orang Jawa lebih suka menyapa terlebih dahulu dan suka mengobrol berbagai hal. Orang Jawa ini suka menyapa, tapi biasanya jarang berani memulai percakapan. Nah, sobat Gramedia yang baru ketemu orang Jawa, yuk sapa duluan! Mereka sebenarnya orang-orang yang asyik ketika diajak sharing dan ngobrol apapun. 2. Menjaga Sopan Santun Kebiasaan orang Jawa yang cukup dikenal lainnya adalah menjaga sopan santun. Baik kepada yang lebih tua atau sesama bahkan yang lebih muda. Mereka juga menjaga etika ketika berbaur di lingkungan masyarakat. Orang Jawa juga terbiasa merundukkan tubuh ketika berjalan di depan orang yang lebih tua atau yang lebih dihormati sebagai wujud penghormatan dan sopan santun. Merundukkan badan ini sebagai pertanda seseorang sungguh menghargai orang lain dan dapat menempatkan posisi dirinya. Orang Jawa ini tahu bagaimana caranya bersikap, misal sedang bertamu atau ketika menjadi tuan rumah. 3. Dikenal Kalem Kalem artinya tidak tergesa-gesa, tenang, santai. Orang Jawa cenderung menyelesaikan apapun masalahnya seperti masalah pekerjaan dengan kalem. Dalam hal pekerjaan, orang Jawa dikenal pekerja-pekerja yang baik, mengerjakan apa yang seharusnya mereka kerjakan. Mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Orang Jawa juga disiplin dalam manajemen waktu. Cara berbicara ke orang lain juga tidak kasar. Oleh sebab itu banyak perempuan jawa terkenal dengan sifat anggunnya. Selain itu, orang Jawa juga suka untuk selalu berpikir positif dalam segala keadaan dan hal ini dibahas dalam buku Nrimo Ing Pandum Cara Berbahagia Ala Orang Jawa. 4. Ramah Pernah berpapasan dengan orang Jawa? Yups, biasanya mereka akan melempar senyum terlebih dahulu. Mereka cenderung ramah kepada siapapun dan berpikir positif ke orang lain. Biasanya mereka akan menyapa orang yang baru dikenalnya “Pak, Bu, Mas, Mbak”. Terhadap orang yang baru dikenalnya saja ramah, apalagi yang sudah mengenal lama. Hal ini membuat orang Jawa di tempat kerjanya lebih disukai teman-temannya dan membuat orang lain mudah mengingatnya. 5. Lebih Menghindari Konflik di Lingkungannya Dalam kehidupan sosial, mayoritas orang Jawa memiliki sifat yang suka mengalah, hal ini bertujuan untuk menghindari permasalahan lebih panjang. Apabila dihadapkan konflik, orang Jawa memilih diam. Mereka cenderung memilih mengalah bukan karena takut melainkan karena mereka tidak suka adanya pertikaian apalagi sampai pertumpahan darah, ini tentu menjadi nilai plus dalam kehidupan berumah tangga supaya tetap harmonis. Nah, untuk sobat Gramedia yang sedang mencari jodoh, bisa menjadi pertimbangan nih untuk memilih orang Jawa. 6. Sederhana dan Tidak Neko-neko Kesederhanaan juga melekat pada orang Jawa. Mereka tidak melakukan hal-hal aneh. Perangainya tidak glamor, mengutamakan penampilan yang apa adanya. Penampilan dan sikap berlebihan justru bisa membuat perhatian hingga ketidaksukaan orang. Contoh saja di lingkungan kerja, orang Jawa akan dikagumi karena kejujurannya sehingga banyak orang jawa yang menempati jabatan yang prestisius baik di kalangan swasta maupun pemerintahan. Orang-orang banyak suka dengan karakter orang Jawa karena tidak suka membanggakan diri dan menyombongkan harta benda yang dimiliki. Bagi orang Jawa, sederhana yang penting bahagia. 7. Pekerja keras Pemalas bukan sifat orang Jawa. Orang Jawa terkenal dengan sifat kerja kerasnya dan kreatif. Bisa dilihat di kota seperti Jakarta yang mayoritas pendatang dari Jawa, banyak orang Jawa bekerja keras mulai dari buka usaha, berdagang, asal pekerjaan itu halal dan bisa menghidupi keluarga maka mereka akan melakukan kerja dengan sungguh-sungguh. Bagi yang bekerja di perusahaan, ketika mendapat gaji mereka bukan tipe yang boros, mereka akan mempertimbangkan untuk mengirim orang tua atau saudaranya di kampung. Mereka juga lebih suka menyisihkan uangnya untuk ditabung. 8. Menerima Apa Adanya “Nerimo ing pandume Gusti” artinya menerima apa yang sudah diberikan Tuhan. Orang Jawa tidak suka bersifat aneh-aneh dan macam-macam. Hal ini juga berlaku pada kehidupan berumah tangga, harus bisa menerima pasangannya apa adanya, tidak saling menuntut. Mereka biasanya menerima kondisi apapun dari pasangannya asalkan saling suka dan cocok. Contoh lain, ketika mendapati Ibu memasak tempe dan tahu goreng, Bapak atau anak-anaknya tidak menuntut lebih, mereka akan memakannya dan tidak minta macam-macam. Dalam menghadapi problem dan tantangan hidup juga seperti itu, orang Jawa cenderung menerima. Menerima bukan berarti pasrah, melainkan legawa. Bahwa pasti ada hikmah dari setiap kejadian yang dialami. Hal ini bisa menjadi pembelajaran untuk siapa saja di kemudian hari. Apabila terulang maka bisa mengantisipasi. 9. Gaya dan Nada Bicaranya Lembut Seperti yang kita ketahui, bahasa Jawa memiliki strata kasar, sedang, dan halus. Strata halus digunakan ketika orang muda berbicara kepada orang yang usianya lebih tua, sedangkan untuk seumuran bisa menggunakan bahasa yang sedang ngoko alus atau “ngoko”. Biasanya orang Jawa daerah Yogyakarta dan Solo lebih dikenal dengan bicaranya yang lembut dan anggun. 10. Dikenal Punya Banyak Aturan dan Larangan dalam Bentuk Mitos Perlu diketahui, sebenarnya secara logika, mitos-mitos yang dipercayai orang Jawa hanyalah bagian dari aturan tatanan kehidupan agar kehidupan masyarakat selaras secara vertikal dan horizontal. Artinya selaras dengan Tuhan dan selaras dengan kehidupan sesama. Adanya mitos atau larangan perbuatan ditujukan agar nilai kesopanan dan unggah-ungguh tetap terjaga. Contoh yang sering diucapkan adalah “ora ilok ngombe karo ngadek” yang berarti “tidak baik minum sambil berdiri”, sebaiknya minum sambil duduk. Orang Jawa memang percaya akan pantangan. Tidak heran jika sedikit-sedikit mereka mengucapkan “ora ilok” tidak baik atau tidak diperbolehkan. 11. Luwes Luwes bisa diartikan tidak kaku, tidak canggung, mudah disesuaikan. Orang Jawa dalam hal pekerjaan bisa lebih luwes, cepat menyesuaikan dengan lingkungan. Jika bertemu dengan orang baru juga lebih luwes, tidak mudah canggung. Orang Jawa mempunyai sifat mudah berbaur dengan orang-orang dari suku lain, meskipun ada rasa malu dan sungkan. Sikap luwesnya ini membuat orang Jawa banyak disukainya orang untuk bergaul dengannya. 12. Memegang Erat Tradisi dan Budaya Orang-orang Jawa, meskipun di tanah rantau begitu erat memegang tradisi dan budayanya. Di beberapa daerah masih kental dengan tradisi-tradisi Jawa seperti Yogyakarta dan Solo. Meskipun era sudah modern seperti sekarang ini, budaya di keraton juga masih dipegang erat. Hal ini membuktikan kuatnya tabiat orang Jawa memegang tradisi dan budaya warisan leluhurnya. Banyak tradisi yang berasal dari leluhur jawa yang masih lestari dan dilakukan sampai sekarang. Beberapa tradisi tersebut merupakan simbol-simbol dari suatu peristiwa penting di masa lalu atau bentuk rasa syukur yang dikemas dalam bentuk acara. Salah satu tradisi serta budayanya adalah sajen yang merupakan bentuk manisfestasi rasa syukur serta lambang permohonan yang tulus dan ikhlas untuk dipersembahkan kepada Tuhan Yang Mahasa Esa. Bentuk sajen sendiri sangat beragam yang dapat dipelajari pada buku SAJEN dan Ritual Orang Jawa. 13. Suka Menolong dan Berkumpul Pernah mendengar peribahasa “mangan ora mangan sing penting kumpul”? itu artinya “makan atau tidak makan yang penting kumpul”. Saat keadaan sulit maupun senang sebisa mungkin terus bersama, kurang lebih arti peribahasa tersebut. Hal ini juga bisa dimaknai dalam kehidupan harus saling tolong menolong, saling membantu jika ada saudara yang sedang dalam keadaan susah dan tolong menolong tanpa mengharap imbalan. “Migunani tumraping liyan” artinya berguna bagi orang lain. 14. Mudah Bergaul dan Membaur Sudah tidak diragukan lagi kalau orang Jawa pandai bergaul dan membaur. Berkat keramahannya, mereka gampang diajak bergaul dengan orang yang baru ditemuinya. Mudah bergaul ini dipengaruhi juga karena karakternya yang suka mengalah, itulah sebabnya di manapun orang Jawa mudah membaur karena minim konflik. Terdapat pula peribahasa Jawa yang seringkali mereka gunakan yang hingga saat ini juga masih sangat relevan. Temukan itu semua pada buku Nasihat-Nasihat Hidup Orang Jawa. 15. Tata Bahasa Berdasarkan pada Nilai Kesopanan Seiring berkembangnya teknologi, pengetahuan tentang bahasa asing makin mudah dipelajari dan diakses melalui internet. Namun orang Jawa tetap menjaga kesopanan dalam bertutur kata. Sampai saat ini, masih banyak ditemui orang Jawa yang bicara berdasar hierarki usia atau dengan siapa mereka bicara. Struktur bahasa Jawa mulai dari Ngoko-Krama Alus-Krama Inggil. Ngoko bisa digunakan untuk bahasa sehari-hari dan kepada teman sebaya atau yang usianya lebih muda. Sedangkan krama digunakan untuk meninggikan derajat lawan bicara, krama inggil ini merupakan bahasa halus yang biasanya ditujukan kepada lawan bicara yang lebih dihormati ataupun orang asing. 16. Kebiasaan Muluk Kata “muluk” atau “puluk” pasti sudah tidak asing lag ikan? Yups, orang Jawa memiliki kebiasaan makan dengan cara muluk. Kebiasan makan dengan tangan langsung tanpa menggunakan sendok, garpu, dan alat bantu makan yang lain. Kebiasaan makan seperti ini sudah dari zaman dahulu dan masih banyak orang Jawa melestarikannya. Biasanya orang Jawa melakukan makan sambil muluk sembari duduk lesehan. 17. Memiliki Filosofi Hidup Mengalir Seperti Air Orang Jawa biasanya tidak suka “neko-neko”, dan lebih suka kehidupannya mengalir seperti air. Asalkan sudah bisa mencukupi kebutuhan keluarga, bisa beribadah dengan tenang, tidak punya banyak hutang, mereka sudah sangat bersyukur. Orang Jawa tidak suka menuntut lebih. Terkadang mereka memilih mengalir seolah tidak memiliki beban yang berat dalam hidupnya. 18. Suka Mengalah Orang Jawa memilih mengalah dalam setiap pertikaian. Mereka lebih suka hidup “adem-ayem”, tidak banyak masalah. Mereka tidak suka banyak konflik terutama dalam kehidupan keluarga. Mereka juga lebih suka berdiskusi dalam hal-hal permasalahan keluarga. 19. Penurut Ajaran “nurut” sudah diajarkan sejak kecil. Misal orang tua menyuruh anaknya untuk mengaji atau berjamaah ke masjid, maka si anak harus nurut. Mereka tidak suka membantah jika diperintahkan oleh orang yang lebih tua. Selama apa yang diperintahkan dalam hal kebaikan, anak-anak lebih mudah “nurut” yang diajarkan orang tuanya. Ini berlaku juga dalam hal pekerjaan. 20. Mensyukuri Apapun yang Terjadi dan Mengambil Sisi Positif Meski Tertimpa Musibah Buruk Apakah kamu punya teman dari daerah Jawa? Ya, mereka ketika terkena musibah biasanya akan tetap bersyukur, legawa, mengambil sisi positif dari setiap kejadian. Contohnya, ada yang mengalami kecelakaan, motornya rusak, biasanya mereka akan mengucap “untung mung motor sing rusak, sing penting awake sehat”, artinya “untung hanya motornya yang rusak, badannya masih sehat”. Mereka masih berpikir positif dari segala kejadian atau musibah yang menimpa. Buku Terkait Jawa Berikut adalah buku terkait Jawa dari daftar buku di gramedia. Kisah Tanah Jawa Tanah Jawa menyimpan banyak kisah misteri yang takkan habis diceritakan dalam semalam. Sosok misterius, ritual mistis, dan tempat angker, selalu membuat kita penasaran. Buku Kisah Tanah Jawa mengajak pembaca membuka selubung mitos dan mistis yang selama ini hanya menjadi ksak-kusuk di masyarakat. Kisah Tanah Jawa Jagat Lelembut Buku ini merangkum perjalanan Tim Kisah Tanah Jawa yang telah menjelajah “Jagat Lelembut” hingga lapisan ke-11 yang mungkin terdiri dari 17 lapisan. Tidak hanya lewat kata-kata, Kisah Tanah Jawa Jagat Lelembut berusaha menyertakan gambar dari penampakan “mereka”. Banyak jenis lelembut dan kisah yang mungkin belum pernah kita dengar, siapkan keberanian untuk membaca kisah “mereka”! Kitab Lengkap Keris Jawa Hard Cover Melalui buku ini penulis memperkenalkan perihal ilmu tentang keris atau Krisologi dan bagaimana memahaminya berdasarkan nalar dan naluri para leluhur dulu. Ditilik dari berbagai ilmu, khususnya ilmu metalurgi, ternyata keris merupakan sebuah mahakarya yang paling berhasil dan diakui oleh dunia internasional. Keris sudah merupakan bagian kelengkapan budaya Nusantara yang tidak terpisahkan dari budaya itu sendiri. Artikel Terkait kebiasaan Orang Jawa Dari 20 kebiasaan dan sifat orang Jawa di atas tidak selalu melekat pada setiap orang Jawa. Namun rata-rata dari orang Jawa memang memiliki karakter seperti disebut di atas. Eksistensi orang Jawa di era global sekarang ibarat di persimpangan jalan. Dalam berbagai indikasi kebiasaan-kebiasaan Jawa ini mulai memudar. Semakin banyak orang Jawa meninggalkan kebiasaan jawanya dan menjalankan kebiasaan modern yang lebih praktis. Masyarakat Jawa sebagaimana tercermin pada kebiasaannya, menekankan pada ketentraman batin, keselarasan, sikap “narima” terhadap segala sesuatu yang terjadi. Pandangan orang Jawa mengajarkan agar masyarakat Jawa menempatkan adanya keselarasan hubungan antar individu dengan dirinya sendiri, individu dengan sesamanya, individu dengan alam, juga individu dengan Tuhannya. Dengan adanya kebiasaan dan keselarasan masyarakat Jawa diharapkan dapat menjalankan kehidupan dengan benar. Masing-masing individu diharapkan juga dapat menerapkan kaidah yang menekankan pada sikap “narima”, sabar, “eling”, “andhap asor rendah hati”, dan bersahaja di manapun tempatnya. Penjelasan mengenai kebiasaan orang Jawa di atas konon bisa mengantarkan individu pada kesuksesan. Ada yang mau meniru kebiasaan-kebiasaan tersebut? Tentu ada banyak hal yang bisa dipelajari dari kebiasan dan budaya orang Jawa. Sobat Gramedia juga bisa meniru hal yang baik dari kebiasaan orang Jawa. Semoga artikel ini bisa menambah pengetahuan pembaca semua. Referensi Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta Aksara Baru. Budiono, Herusatoto. 1987. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta Hanindita. Suyanto. 1990. Pandangan Hidup Jawa. Semarang Dahana Prize. ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
10 sifat jelek orang jawa